Solomon Consulting Group

 

Artikel Akuntansi

Bahan Baku atau Bahan Penolong ???

 

Pada perusahaan manufaktur atau industri, penggunaan bahan baku dan bahan penolong sudah pasti ada. Sebagian besar sumber daya perusahaan teralokasi di kelompok ini. Transaksi didominasi oleh pos “Bahan Baku (Raw Material)” dan “Bahan Penolong (Component)”.

 

Bagi yang baru saja memasuki akuntansi untuk manufaktur, menentukan suatu pengeluaran dikelompokkan ke pos BAHAN BAKU atau BAHAN PENOLONG, mungkin menjadi kesulitan tersendiri. Masalah serupa bahkan mungkin juga dialami oleh mereka yang sudah memiliki pengalaman di manufaktur tetapi baru saja memasuki sebuah perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk berbeda dari perusahaan sebelumnya.

 

Untuk jenis industri perakitan, menentukan pos bahan baku atau bahan penolong bukanlah suatu masalah. Karena di antara kedua jenis pos tersebut bisa dibedakan dengan mudah. Hal yang sama juga mungkin dialami oleh industri-industri yang memproduksi barang yang terbuat dari bahan baku tunggal, misalnya : pabrik tepung, pabrik semen dan lain sebagainya.

 

Tidak seperti perusahaan-perusahaan yang membuat produk yang item variance-nya banyak, dan menggunakan bahan baku dan bahan penolong yang banyak macamnya pula, menentukan suatu pengeluaran ke pos Bahan Baku atau Bahan Penolong menjadi kesulitan tersendiri.

 

Contoh Kasus 1 :

Perusahaan Garment-A memproduksi pakaian rajut (knitted garment). Untuk berproduksi, perusahaan membeli bahan-bahan sebagai berikut : kain, benang, kain keras, kain interlining, kancing, zipper (retsleting), beads, sequin, polybag (kantong plastic), hang tag, label.

Masalah :
Di antara bahan-bahan yang dibeli tersebut, manakah yang tergolong “Bahan Baku” dan mana yang tergolong “Bahan Penolong” ?.

 

Contoh Kasus 2 :

Perusahaan Garment-B memproduksi ladies’s gawn. Membeli bahan-bahan sebagai berikut : kain, benang jahit, kain keras, kain interlining, kancing, zipper (retsleting), beads, sequin, polybag (kantong plastic), hang tag, label.

Masalah :
Sama seperti pada contoh kasus pertama di atas.

 

Contoh Kasus 3 :

Perusahaan Garment-C memproduksi accessories dan sandal. Membeli bahan-bahan sebagai berikut : kain, benang jahit, kain keras, kain interlining, kancing, zipper (retsleting), beads, sequin, polybag (kantong plastic), hang tag, label.

Masalah :
Sama seperti pada contoh kasus pertama & kedua di atas.

 

Untuk menentukan apakah tergolong ke dalam bahan baku atau bahan penolong, apakah dilihat dari porsi penggunaannya ?. atau dari nilai-nya (material/immaterial) ?

 

Determinasi (penentuan) Bahan Baku (Raw Material) atau Bahan Penolong (Component)

Untuk mendeterminasi, apakah suatu bahan tergolong bahan baku atau bahan penolong, hendaknya dilihat dari kedudukan fungsi (peranan) dari masing-masing bahan tersebut di dalam proses produksi.

 

Kriteria Bahan Baku :

  1. Dilihat dari fungsinya, jika tanpa bahan ini, barang tidak akan jadi atau tidak akan berfungsi sama sekali;
  2. Dilihat dari porsi penggunaannya, porsi penggunaan bahan ini dominan dibandingkan bahan yang lain.

 

Kriteria Bahan Penolong :

  1. Dilihat dari fungsinya, tanpa bahan ini, produk akan tetap bisa diselesaikan, hanya saja jadinya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, atau fungsinya tidak sempurna;
  2. Dilihat dari porsi penggunaannya, bahan ini hanyalah porsi kecil dari keseluruhan bahan yang dipakai.

 

Penjelasan Contoh kasus :

Bagi Garment-A (memproduksi pakaian rajut), tanpa benang, pakaian rajut tidak akan jadi, dan benang menduduki porsi terbesar dalam penggunaannya. Maka benang tergolong bahan baku. Tanpa kain, barang masih bisa diselesaikan, kain hanya dibutuhkan untuk membuat aplikasi-aplikasi kecil (hiasan) yang akan menghiasi pakaian rajut yang akan dihasilkan. Maka bagi Garment-A, kain dikelompokkan ke dalam bahan penolong. Sequin dan beads pun digolongkan ke dalam bahan penolong, karena tanpa sequin atau beads, pakaian rajut masih tetap bisa menjadi pakian.

Bagi Garment-B, benang bukanlah bahan utama, dipergunakan hanya dalam porsi yang sedikit dibandingkan kain. Tanpa kain, gawn tidak akan jadi. Maka bagi garment-B, Kain dikelompokkan ke dalam Bahan Baku. Sedangkan benang, sequin maupun beads hanya merupakan bahan penolong.

Bagi Garment-C, benang maupun kain hanya menduduki porsi terkecil dari keseluruhan bahan yang dipakai, maka benang maupun kain dikelompokkan ke dalam bahan penolong. Tanpa sequin dan beads, accessories maupun sandal yang akan dibuat tidak akan jadi. Oleh sebab itu, bagi Garment-C, sequin dan beads merupakan bahan baku.

 

Dengan determinasi dan contoh kasus di atas, saya yakin anda tidak akan kesulitan lagi untuk menentukan jenis bahan mana saja yang hendaknya digolongkan ke dalam Bahan Baku dan bahan yang mana yang seharusnya digolongkan ke dalam kelompok bahan penolong, apapun jenis industri-nya, jenis bahan baku yang dipakai dan produk yang akan dihasilkan.

 

- Tim SCG -

 

Loading

Arsip Artikel

Hubungi Kami

Solomon Consulting Group
     
Telepon : 081-1360-890
     
E-mail : info@proscg.com
     


 

Hubungi Kami

 

Event

Karir

Quotes

“Trust in the LORD with all your heart, and lean not to your own understanding. In all your ways acknowledge Him, and He shall direct your paths. [Proverbs 3 : 5,6]”

 

 

Copyright © 2012 by Solomon Consulting Group
Powered by tobsite.com