Harian Kontan, 21 September 2016
Nasabah cenderung bertransaksi memakai kartu debit
JAKARTA. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak memang telah menunda kebijakan perbankan melaporkan data para pemegang kartu kredit ke kantor pajak. Namun keresahan yang sudah terlanjur muncul mengakibatkan pemegang kartu kredit menghindari transaksi pembayaran menggunakan kartu kreditnya, dan cenderung beralih memakai kartu debit.
Aturan pelaporan ini awalnya berlaku efektif per 31 Mei 2016. Beberapa waktu sejak kebijakan ini efektif, volume dan nilai transaksi kartu kredit menurun. Kondisi itu terlihat jelas pada transaksi di bulan Juli. Di Juli 2016 saja, volume transaksi tercatat 24,44 juta, turun dari Juni 2016 yang sebesar 25,74 juta. Angka ini juga turun % jika dibandingkan Juli 2015 yang sebesar 24,83 juta.
Adapun dari sisi nilai transaksi, di Juli 2016 saja, tercatat nilai transaksi sejumlah Rp 21,26 triliun, turun dari Juni 2016 yang sebesar Rp 23,93 triliun. Di Juli tahun 2015, nilai transaksi bahkan mencapai Rp 24,66 triliun.
Jika diakumulasi, periode Januari-Juli 2016, volume transaksi kartu kredit naik menjadi 173,66 juta dari periode sama tahun 2015 yang sebanyak 161,26 juta. Adapun nilai transaksi turun sekitar Rp 570 miliar menjadi Rp 161,26 triliun.
Pemegang kartu kredit kelas menengah cenderung menghindari transaksi.
Santoso Liem, Direktur Bank Central Asia (BCA) tak menyangkal transparansi data kartu kredit memberi dampak. "Pemegang kartu kredit kelas menengah cenderung menghindari transaksi, sedangkan kelas menengah atas tak terpengaruh," kata Santoso, Senin (19/9).
BCA mencatat terjadi penurunan 1% pada transaksi di kartu kredit per Juli 2016. Santoso menargetkan, pertumbuhan transaksi kartu kredit BCA tahun ini sebesar 8% dan jumlah kartu kredit naik 5%.
Corina Leyla Karnalies, Pemimpin Divisi Kartu Bank Negara Indonesia (BNI) mengakui, tren transaksi kartu kredit secara industri per Juli 2016 membukukan pertumbuhan negatif 0,45%. "Kartu kredit BNI sendiri masih membukukan pertumbuhan positif walaupun cenderung flat dibanding 2015," tutur Corina.
Adapun Lani Darmawan, Direktur Ritel Banking Bank CIMB Niaga menyampaikan, meskipun secara industri bisnis kartu kredit turun, namun hingga Juli 2016 CIMB masih mencatatkan kenaikan transaksi. Ini, ditopang Ramadan dan Lebaran.
Bank CIMB Niaga mencatat transaksi kartu kredit tumbuh di atas 20%. Transaksi masih naik karena bank ini fokus ke program kartu kredit yang sesuai segmen nasabah. Kata Lani, rencana membuka data kartu kredit tak mempengaruhi pemegang kartu CIMB Niaga. "Kami prediksi pertumbuhan kartu kredit di atas 20% hingga akhir 2016," ujar dia. Artinya, CIMB membidik pertumbuhan hingga Rp 7,64 triliun dari Rp 6,37 triliun.