Berita Pajak
Setoran Pajak Domestik Masih Belum Memenuhi Target
Harian Kontan, 21 March 2014
Data resmi DJP memaparkan, penerimaan perpajakan hingga 28 Februari 2014 mencapai Rp 137,65 triliun atau 12,40% dari target tahun ini Rp 1.110,19 triliun.
Kontribusi terbesar penerimaan pajak kali ini berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) non minyak dan gas (migas) serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM).
Meski realisasi penerimaan terlihat besar, namun ini belum memuaskan. Sebab, pemerintah mematok penerimaan pajak tahun ini tumbuh 20,51% dari 2013. Namun, selama dua bulan kemarin, rata-rata realisasi penerimaan pajak hanya naik sebesar 16,92%. Padahal, DJP sudah menggelar ekstensifi kasi dan intensifikasi untuk menggenjot penerimaan pajak.
Lambatnya kinerja setoran pajak ini jelas mempengaruhi realisasi penerimaan negara. Pada periode yang sama, total penerimaan negara hanya mencapai Rp 187,2 triliun atau 11,2% dari target APBN Rp 1.667,10 triliun.
Dengan pencapaian itu tak heran bila belakangan berhembus kabar pemerintah akan merevisi target pajak. Pengajuan revisi ini bersamaan dengan penyerahan rancangan APBN perubahan.
Namun, Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany masih optimistis bisa mencapai target itu. Kabar terakhir, kantor pajak telah bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggenjot penerimaan pajak. Soalnya, 74% penerimaan pajak nasional bersumber dari Jakarta.
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Harry Azhar Azis, mengusulkan, kantor pajak harus memberlakukan sistem reward dan punishment bagi karyawannya. Tujuannya agar pegawai pajak bekerja lebih keras mengejar penerimaan. Sebaliknya kalau ada yang nakal harus dihukum seberat-beratnya.
Bagi Pengamat Perpajakan dari Universitas Indonesia, Darussalam, tahun ini setoran pajak seret seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Karena itu wajar saja kalau setoran pajak sulit tercapai. Revisi APBN dengan menurunkan target menjadi lebih realistis,