Berita Pajak
Masuk, 45 Persen Pajak
Harian Kompas, 7 August 2014
”Pajak Pertambahan Nilai pasti langsung terpengaruh ketika pertumbuhan ekonomi tahun ini melambat karena itu adalah pajak atas transaksi. Sementara potensi terbesar di Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi yang melambat mengindikasikan penggalian di sektor ini masih terhambat,” kata Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo di Jakarta, Rabu (6/8).
Target penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 dipatok Rp 1.072 triliun. Jumlah target itu naik 16,4 persen dibandingkan realisasi pajak tahun 2013.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak, realisasi sampai dengan 11 Juli 2014 mencapai Rp 483 triliun atau 45 persen dari target. Persentase capaian itu sedikit lebih besar dibandingkan periode yang sama pada 2013, yang mencapai 44,46 persen.
Sumbangan terbesar berasal dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri senilai Rp 96,5 triliun. Namun, tingkat pertumbuhannya hanya 0,57 persen atau jauh lebih lambat daripada periode sama tahun 2013 yang sebesar 18,11 persen.
Sumbangan terbesar berikutnya berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) badan sebesar Rp 89,14 triliun dengan pertumbuhan 10,14 persen. Pada periode yang sama tahun 2013, pertumbuhannya justru negatif 3,58 persen.
PPh orang pribadi
Sumbangan PPh orang pribadi sebesar Rp 3 triliun dengan pertumbuhan yang hanya 2,48 persen. Padahal, pada periode yang sama tahun 2013, PPh orang pribadi tumbuh 15 persen.
”Kesimpulan sementara, PPN jelas terpengaruh langsung perlambatan pertumbuhan ekonomi karena terkait transaksi. PPh badan belum terpengaruh secara langsung karena basisnya masih profit perusahan pada tahun lalu,” kata Prastowo.
Realisasi penerimaan pajak secara umum hingga 11 Juli 2014, 10 dari 17 jenis pajak tumbuh lebih tinggi daripada periode yang sama tahun 2013. Lima jenis pajak tumbuh melambat dan dua jenis pajak lainnya tumbuh negatif.
Secara terpisah, anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDI-P, Arif Budimanta Sebayang, berpendapat, perlambatan pertumbuhan penerimaan PPN sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Namun, yang menjadi anomali justru PPh badan yang tumbuh tinggi.
”Saya menduga ada faktor keberhasilan intensifikasi terhadap PPh badan. Ada pendalaman terhadap pajak-pajak perusahaan yang dibayarkan selama ini,” kata Arif.